Minggu,  28 April 2024

Fakta Riset: Lebih dari 20 Persen Emisi Karbon Disumbang Aktivitas Pertanian

Tori
Fakta Riset: Lebih dari 20 Persen Emisi Karbon Disumbang Aktivitas Pertanian
Tsinghua Shenzhen International Graduate School

RN - Tim Chaopeng Hong di Institute of Environment and Ecology, Tsinghua SIGS mengembangkan sistem akuntansi yang berbasiskan kegiatan konsumsi.

Cara kerjanya dengan memadukan perkiraan emisi karbon yang baru dan model input-output multiregional. Sistem ini mengevaluasi emisi gas rumah kaca (GRK) dari penggunaan lahan yang terdapat pada perdagangan internasional dari 2004-2017.

Hasil studi tersebut mengungkap, lebih dari seperempat emisi dari penggunaan lahan di dunia terkait dengan produk pertanian yang diperdagangkan di seluruh dunia. Maka, studi tersebut menganjurkan, dalam konteks globalisasi ekonomi, mitigasi GRK global yang efektif dan mendalam membutuhkan langkah terarah dari pemangku kepentingan ekonomi dunia.

BERITA TERKAIT :
Tilang Uji Emisi, Polisi: Tunggu Kesadaran dan Kepatuhan Warga
Natal, Hukuman 15.922 Narapidana Dikorting

Artikel riset Dr. Hong yang berjudul 'Land-use emissions embodied in international trade' ini diterbitkan Science pada 5 Mei 2022 (https://www.science.org/doi/10.1126/science.abj1572).

Penggunaan lahan oleh manusia dan aktivitas pertanian, meski menghasilkan banyak komoditas pangan untuk konsumsi manusia, turut merusak ekosistem dan mengubah sistem iklim.

Emisi dari perubahan penggunaan lahan dan pertanian diperkirakan berkontribusi lebih dari 20 persen terhadap emisi GRK antropogenik di dunia. Namun, perdagangan internasional membuat barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah dapat dikonsumsi di tempat lain sehingga melepaskan kegiatan konsumsi dari dampak negatifnya terhadap alam.

Oleh karena itu, Chaopeng Hong dan timnya mengungkap, lebih dari seperempat emisi karbon dari penggunaan lahan di dunia berkaitan dengan komoditas pertanian yang dikonsumsi di wilayah berbeda dari tempat produksinya.

Peralihan tersebut berasal dari negara-negara pendapatan yang lebih rendah, seperti Brazil, Indonesia, dan Argentina menuju wilayah dengan industri maju, seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Tiongkok.

Untuk itu, pentingnya mitigasi emisi GRK dan pembangunan berkelanjutan bergantung pada peningkatan transparansi rantai pasok.