RN - Produksi padi dalam negeri anjlok. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman memberikan alasan penyebab penurunan produksi.
Diketahui, penurunan produksi padi sebesar 3,95 juta ton atau setara 17,54 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tercatat, pada periode Januari-April 2023 total produksi GKG sebanyak 22,5 juta ton, sedangkan pada periode Januari - April 2024 ini diproyeksikan produksi gabah kering giling (GKG) 18,59 juta ton.
BERITA TERKAIT :Terbukti Lakukan Pemerasan Di Kementan, SYL Dibui 12 Tahun
Mentan Amran Sulaiman mengungkapkan ada 10 penyebab produksi padi dalam negeri turun.
Amran mengatakan penyebab pertama adalah volume pupuk subsidi dikurangi 50 persen. Amran mencatat alokasi pupuk subsidi pada 2021 sebanyak 8,78 juta ton.
Namun tiap tahun alokasi pupuk turun hingga hanya 4,73 juta ton tahun ini.
Penyebab kedua adalah sebanyak 17 hingga 20 persen petani tidak bisa menggunakan Kartu Tani. Kartu Tani adalah kartu yang dikeluarkan oleh Perbankan kepada petani untuk digunakan dalam transaksi penebusan pupuk bersubsidi melalui mesin Electronic Data Capture di pengecer resmi.
Penyebab ketiga adalah petani hanya diberi pupuk satu kali tanam. Kemudian penyebab keempat Lembaran Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Jawa mencatat 30 juta orang tidak boleh menerima pupuk.
"Kelima, alsintan (alat dan mesin pertanian) sudah tua," kata Amran dalam dokumen tersebut.
Penyebab keenam adalah kekeringan akibat El Nino. Amran mengatakan pada 2014 juga sempat terjadi El Nino tetapi dalam skala lemah. El Nino kembali terjadi pada 2015 dalam skala kuat.
Kemudian terjadi lagi dengan skal kuat pada 2023 dan dampaknya berlanjut hingga sekarang.
Penyebab ketujuh adalah saluran irigasi 60 persen kondisinya perlu direhabilitasi. Lalu penyebab lainnya adalah jumlah petugas penyuluh lapangan (PPL) hanya 50 persen dari kebutuhan.
"Kesembilan bibit unggul berkurang. Kesepuluh anggaran turun," katanya.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) yang baru dilantik, Sudaryono, mengatakan urusan pupuk sangat penting. Jika pupuksampai terlambat ke petani bisa menyebabkan masalah.
Ia mengatakan telah merasakan susahnya jika tidak ada pupuk karena orang tuanya merupakan petani.
"Pupuk telat tiga hari seminggu itu bedanya seperti langit dan bumi. Jadi saya merasakan sekali bibit tidak ada, pupuk tidak cukup, pupuk datang tidak tepat waktu, itu bedanya seperti langit dan bumi, seperti hidup dan mati," katanya dalam Serah Terima Jabatan (Sertijb) Wakil Menteri Pertanian di kantor Kementerian Pertanian, Jumat (19/7).
Ia mengatakan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani sangat penting karena menyangkut hidup jutaan orang. Karena itu, ia mengatakan pekerjaan pegawai Kementan sangat istimewa.