Selasa,  04 November 2025

RDF Rorotan

Proyek Hijau, Hidung Warga Menjerit

M. RA
Proyek Hijau, Hidung Warga Menjerit
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. (Foto: Humas Setkab/Rahmat)

RN – Masalah bau busuk dari fasilitas pengolahan sampah Refuse-Derived Fuel (RDF) Rorotan, Jakarta Utara, kembali memantik protes warga. Di tengah janji pemerintah soal pengelolaan sampah modern, kenyataannya warga justru harus ‘menghirup’ aroma gagal kelola dari proyek ambisius tersebut.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung mengakui persoalan itu tak bisa lagi diabaikan. Ia berjanji turun langsung ke lapangan untuk mendengar keluhan warga.

“Persoalan RDF Rorotan harus diselesaikan. Saya akan terima langsung aspirasi warga,” ujar Pramono, Senin (3/11).

BERITA TERKAIT :
RDF Rorotan Bau Busuk, DLH DKI Bikin Susah Pramono?

Masalah utama, kata Pramono, muncul dari air lindi—limbah cair yang berasal dari timbunan sampah basah yang tak segera diolah. Truk pengangkut yang bocor ikut menyebarkan bau hingga ke jalan-jalan sekitar.

“Sampah seharusnya tidak boleh menumpuk lebih dari lima hari. Tapi kemarin, mobil pengangkut air lindinya bocor dan menyebabkan bau ke mana-mana,” jelasnya.

Namun di sisi lain, warga yang tinggal di sekitar lokasi merasa Pemprov DKI tak benar-benar memahami dampak nyata yang mereka hadapi.

Ketua RT 18 Cakung Timur, Wahyu Andre Maryono, menyebut bau menyengat sudah terjadi sejak uji coba RDF dimulai.

“Masalahnya bukan cuma di sistem, tapi di lapangan. Banyak truk sampah terbuka, air lindi tumpah di jalan irigasi dekat rumah kami,” ujar Wahyu.

Lebih parahnya, dampak kesehatan mulai dirasakan. Sekitar 20 anak dilaporkan mengalami gangguan mata dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Warga menduga hal ini berkaitan langsung dengan aktivitas RDF yang tak sesuai prosedur.

“Kalau tak ada perbaikan, warga sepakat meminta RDF Rorotan dihentikan. Kami siap turun lagi ke jalan pada 10 November nanti,” tegas Wahyu.

Sementara Pemprov DKI terus mengklaim RDF Rorotan sebagai “solusi hijau” untuk masa depan pengelolaan sampah Jakarta, warga justru melihatnya sebagai contoh nyata ketidaksiapan pemerintah menghadirkan teknologi tanpa memperhitungkan dampak lingkungan.

Proyek yang seharusnya jadi bukti kemajuan kini justru berubah jadi simbol polusi baru.

Rakyat menunggu bukti nyata, bukan sekadar janji manis tentang Jakarta bebas bau sampah.