RADAR NONSTOP - Polusi udara berdampak pada kesehatan manusia. Jakarta adalah salah satu ibukota terparah terkait polusi udara.
Ancaman penyakitnya akibat polusi seperti stroke, jantung dan kanker paru-paru. Nah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, polusi udara tak lepas dari andil warga Jakarta yang melakukan mobilitas menggunakan kendaraan pribadi.
"Fakta tentang polusi, itu adalah efek dari pola kita melakukan mobilitas saat ini di mana transportasi pribadi mendominasi, dan itulah konsekuensinya pada kualitas udara," ujar Anies di Balai Kota DKI, Senin (15/4).
BERITA TERKAIT :Picu Jantung, Hindari Es Krim, Mentega & Daging Olahan
Sinergi Bank DKI dan MRT Jakarta Resmikan Penamaan Stasiun Bundaran HI Bank DKI
Anies menambahkan, kalau masyarakat tak ingin ikut andil dalam mengotori udara Jakarta, maka seharusnya menaiki kendaraan umum, sepeda, atau jalan kaki. Sebab, kata Anies, kendaraan pribadi selama ini menghasilkan residu yang menambah pencemaran lingkungan.
Anies menanggapi langkah LBH Jakarta dan YLBHI membuka pos pengaduan pencemaran udara Jakarta. Dua lembaga tersebut menilai kualitas udara Jakarta sangat buruk dan mengancam kesehatan masyarakatnya. Padahal hak atas udara bersih merupakan bagian dari hak atas lingkungan hidup baik dan sehat sebagaimana dimandatkan dalam Pasal 28H UUD 1945.
Soal rencana gugatan itu, Anies merasa tak keberatan. Ia bahkan mengapresiasi tindakan LBH tersebut.
Menurut Anies, pencemaran udara merupakan fakta, bukan opini. "Setiap warga negara memiliki hak menggunakan jalur hukum untuk masalah apa pun, itu adalah haknya," kata Anies.
Lebih lanjut, Anies mengatakan telah memasukkan isu permasalahan udara Jakarta dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Salah satu cara yang akan tempuh DKI dalam mengurangi polusi, yakni dengan mulai menggunakan bus listrik di Transjakarta dan mengontrol gas emisi tiap kendaraan.
Greenpeace Indonesia menyebut dalam sebulan terakhir kualitas udara di DKI Jakarta tergolong kategori tak sehat alias polusi udara tinggi.
Menurut versi aplikasi pemantauan udara AirVisual, Jakarta menduduki nomor satu predikat kualitas udara buruk di antara kota-kota besar di dunia pada 11 Agustus 2018. Dengan kata lain polusi udara terparah.
Di mana angka rata-rata harian di stasiun pantau PM 2.5 di Kemayoran, Jakarta, milik BMKG menunjukan angka 87,3 µg/m³. Kualitas udara yang buruk ini dapat membahayakan kesehatan warga dan meningkatkan risiko kematian dini.
Kualitas udara yang buruk ini terdapat salah satu partikel polutan paling berbahaya yaitu partikulat (PM) 2.5. Dan PM 2.5 ini dapat terhirup dan mengendap di organ pernapasan.
PM 2.5 ini dapat meningkatkan kadar racun dalam pembuluh darah yang dapat memicu stroke, penyakit kardiovaskular, dan penyakit jantung lainnya. Partikulat ini, dapat membahayakan ibu hamil karena berpotensi menyerang janin.
Tahun 2010 penelitian Kementerian Lingkungan Hidup menyebut dari total penduduk Jakarta yang mencapai 9.607.787 jiwa, sebanyak 57,8 persen berpenyakit akibat polusi udara. Total biaya kesehatan yang harus dibayar warga Jakarta mencapai Rp 38,5 triliun.
Sebelumnya, beberapa media asing menulis tentang buruknya kualitas udara di Jakarta mendekati Asian Games 2018. Pada 17 Agustus 2018 lalu, Al Jazeera menurunkan berita berjudul 'Air pollution welcomes athletes in Jakarta for Asian Games'. Dalam berita bahkan menyatakan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, pemberitaan BBC Indonesia juga menyebut soal polusi udara yang tinggi itu. Bahkan, BBC Indonesia menulis menjelang Asian Games 2018, Jakarta jadi kota berpolusi udara 'paling parah' di dunia.