Senin,  29 April 2024

Kembangkan Unit Usaha, Perumda Pasar Jaya Kepincut Ternak Larva

RN/CR
Kembangkan Unit Usaha, Perumda Pasar Jaya Kepincut Ternak Larva

RADAR NONSTOP - Perumda Pasar Jaya sedang melirik bisnis baru. Kali ini yang dibidik adalah ternak larva. Nantinya, larva - larva tersebut akan mengolah sampah - sampah organik menjad pakan ternak bergizi tinggi.

Begitu dikatakan Direktur Teknik Perumda Pasar Jaya Dono Pratomo di kantornya, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2019). Dikatakannya, ide ternak larva ini bermula dari keinginan Pasar Jaya untuk mengelola sampah organik dari pasar - pasar tradisional yang ada dalam naungan BUMD milik Pemprov DKI Jakarta itu.

Saat ini, ungkap Dono, Perumda Pasar Jaya saat ini tengah dalam proses membangun instalasi pengolahan sampah dengan teknologi Black Soldier Flies (BSF). Instalasi dengan teknologi ini akan mengubah sampah menjadi pakan ternak.

BERITA TERKAIT :
Pasar Rawa Bening Terancam Tamat, Maniak Batu: Harganya Mahal
Gaya DPRD DKI Minta Jatah Bansos: Bos Pasukan Mau Dikasih Makan Apa

"Saat ini sedang finalisasi MoU (memorandum of understanding)-nya, diharapkan Juni tahun ini telah rampung, dan setelah itu kita akan membuat feasibility studies-nya," ungkapnya.

Pengolahan sampah dengan teknologi Black Soldier Flies (BSF) adalah teknoligi pengolahan sampah dengan menggunakan lalat tentara hitam (Black Soldier Flies), yaitu salah satu jenis lalat yang banyak ditemukan di tempat-tempat yang terdapat sampah organik.

Larva ini memanfaatkan limbah tersebut sebagai sumber makanannya.

Dono menambahkan, di Tokyo, Jepang, investasi pembangunan instalasi pengolahan sampah dengan teknologi BSF mencapai Rp700 miliar.

"Di Indonesia teknologi ini belum diterapkan, karena itu kita inisiasi. Dengan kapasitas produksi mencapai 70 ton, kita perkirakan biaya yang dibutuhkan mencapai sekitar Rp60 miliar," jelasnya.

Dono menjelaskan, Pasar Jaya tertarik pada teknologi ini karena 153 pasar tradisional yang dikelola Pasar Jaya, memproduksi sampah hingga 536 .000 ton per hari dan sebagian besar dari sampah itu merupakan sampah basah alias sampah organik.

Di sisi lain, lahan ke-153 pasar tradisional sangat terbatas, sehingga tak dapat mengelola sendiri sampahnya.

"Karena itu kita cari satu tempat, dan kami putuskan menggunakan lahan seluas 6.000 m2 milik PT Dharma Jaya di Cakung, Jakarta Timur. Di situ nanti akan kita bangun instalasi pengolahan sampah dengan teknologi BSF berlantai lima," imbuhnya.

Ketika ditanya MoU dibuat dengan siapa saja? Dono menjawab dengan PD Dharma Jaya dan pihak ketiga. Dalam hal ini seorang pakar teknologi BSF yang juga guru besar di IPB, Agus Pakpahan.

Kerjasama dengan Dharma Jaya dilakukan karena selain lahan yang digunakan adalah lahan milik BUMD itu, juga karena sapi-sapi yang dikarantina maupun yang akan dopotong oleh Dharma Jaya menghasilkan kotoran yang sangat banyak.

"Kotoran sapi dari Dharma Jaya itu akan kita campur dengan sampah organik dari 153 pasar tradisional, menghasilkan lalat tentara hitam yang kemudian memakan campuran sampah dan kotoran sapi itu. Hasil dari proses ini adalah pakan ternak," jelas Dono.

Agus Pakpahan, menurut Dono, telah melakukan uji coba dalam skala kecil di Sumedang, dan sukses.

"Kalau instalasi yang kita bangun di Cakung juga sukses, proyek ini akan kami kembangkan" imbuhnya.

Soal pendanaan, Dono menjelaskan ada dua solusi. Pertama dengan mengajukan PMD (Penyertaan Modal Daerah) ke Pemprov DKI, atau biaya ditanggung bersama dengan pihak ketiga.