Jumat,  22 November 2024

Bikin Hoki, Sirip Lumba-Lumba Dibantai di Bantul

NS/RN
Bikin Hoki, Sirip Lumba-Lumba Dibantai di Bantul
Lumba-Lumba di Pantai Depok, Bantul.

RADAR NONSTOP - Komplotan pemburu sirip lumba-lumba bercokol di Bantul. Sabtu (6/7) malam, seekor lumba-lumba ditemukan tewas di kawasan Parangtritis tepatnya Pantai Depok, Kecamatan Kretek, Bantul, DIY. 

Saat ditemukan, bangkai lumba-lumba dalam kondisi tidak utuh. Siripnya terpotong. "Siripnya hilang dan seperti disayat orang," aku warga setempat. 

Di Pantai Depok tercatat sudah lima lumba-lumba tewas. "Tapi yang ini aneh karena siripnya hilang," ucapnya. 

BERITA TERKAIT :
Ikan Ke Darat Di Pantai Carita Banten, Warga Heboh Sinyal Tsunami 
Sekap Bocah Di Pospol & Minta Tebusan, Pecandu Narkoba Jakarta Selalu Bikin Gaduh 

Koordinator SAR Satlinmas wilayah III Parangtritis, Ali Joko Sutanto mengatakan, lumba-lumbanya sudah mati dengan kondisi tubuh tidak utuh dan penuh sayatan. Selain itu, sirip atas dan sirip samping lumba-lumba juga hilang. 

Ukuran lumba-lumba tersebut cukup besar. Mengingat beratnya mencapai sekitar 2 kuintal dengan panjang sekitar 2,5 meter.

Mitos Apa Fakta 

Sebagian masyarakat yakin kalau lumba-lumba mujarab menyembuhkan segala penyakit. Bahkan ada juga yang yakin kalau lumba-lumba bisa bikin hoki. 

Benarkah? Kepercayaan manusia terhadap kemampuan lumba-lumba sebagai binatang penyembuh sudah ada sejak lama. Pada zaman Romawi-Yunani kuno, lumba-lumba kerap dikaitkan dengan dewa-dewi.

Dalam mitologi Yunani Kuno, disebutkan bahwa Putra Poseidon, Taras, diselamatkan dari sebuah kecelakaan kapal oleh seekor lumba-lumba yang dikirim ayahnya.

Nenek moyang suku Celtics menganggap lumba—lumba memiliki kemampuan ajaib dalam hal penyembuhan. Kepercayaan ini juga dimiliki orang Norwegia kuno.

Berselang waktu, orang-orang Brazil malah memperdagangkan bagian tubuh lumba-lumba untuk dijadikan bahan pengobatan.

Namun, orang yang paling berperan dalam anggapan tentang lumba-lumba dapat digunakan sebagai terapi penyembuhan adalah John C Lilly. Ahli neurologi itu menjadi orang yang menyatakan bahwa ada kemampuan lumba-lumba dalam terapi penyembuhan.

John C Lilly melakukan pengamatan kepada interaksi lumba-lumba dengan anak penderita autisme.

Pernyataan John C Lilly menjadi dasar penggunaan dolphin-assisted therapy, yang kemudian menimbulkan munculnya banyak penangkaran lumba-lumba untuk terapi.

Akan tetapi, dilansir dari laman The Verge,  peneliti dari Emory University di Atlanta, Amerika Serikat, Lori Marino mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menyebutkan lumba-lumba bisa dimanfaatkan sebagai terapi penyembuhan.

Menurut Lori Marino, memang ada penelitian di Australia yang menyebut bahwa berenang dengan lumba-lumba dapat mengurangi rasa cemas. Namun, menurut Marino, penelitian itu berdasarkan pada kuesioner terhadap 168 orang sehat.

Lori Marino pun menyatakan bahwa pendekatan terapi lumba-lumba untuk penyembuhan berdasarkan kepercayaan lama atau mitos belaka.