RADAR NONSTOP - Kinerja PAM Jaya bisa dibilang stag. Perusahaan air minum milik Pemprov DKI Jakarta ini belum maksimal menyuplai air ke warga.
Di Jakbar misalnya banyak warga mengeluh. Keluhan di Kebon Jeruk dan Kembangan.
Warga menuding pasokan air bersih sudah ada tapi tidak maksimal. Apalagi air terkadang bau lumpur.
BERITA TERKAIT :Pemprov DKI Dorong BUMD Tingkatkan Peran Sebagai Agen Pembangunan Jakarta
Omzet Jeblok, Ancol Salahkan MRT, Pengamat: Buruk Rupa Cermin Dibelah
"Kalau begini pasti Pak Anies yang repot," keluh Hamdan warga Kebon Jeruk.
Di Kampung Bulak Teko RW 11 Kelurahan Kalideres, Jakarta Barat mengeluh sudah setahun kekeringan. Air tanah tidak bisa digunakan karena asin dan bau, sedangkan air PAM tidak mengalir.
“Di musim kemarau ini kami makin tersiksa. Air PAM sudah setahun tidak ngucur, mau pakai air tanah tapi bau dan asin. Alhasil kami harus beli air pikulan,” keluh Sarif, warga RW 11 Kampung Bulak Teko saat tengah membeli air pikulan di depan rumahnya, Jumat (30/8/2019).
Sarif mengatakan imbas air PAM yang tak kunjung ke luar, setiap hari minimal membeli air sekitar 5-6 pikulan @Rp6.000-Rp10.000. Air tersebut dihemat agar cukup untuk masak dan minum sekeluarga.
Berhubung air bersih langka dan mahal karena harus beli, sehingga tak sedikit warga setempat yang jarang mandi.
Lurah Kalideres, Fahmi mengatakan krisis air bersih di RW 011 memang sudah lama terutama masalah air PAM. Kendati begitu ia sudah sering menghubungi pihak PAM.
“Saya berupaya memfasilitasi aspirasi warga namun keputusan di tangan pihak PAM,” pungkas Fahmi.