Sabtu,  30 November 2024

Komunitas Kretek : Pemerintah Gila-Gilaan Naikan Cukai Rokok

Doni/BCR
Komunitas Kretek : Pemerintah Gila-Gilaan Naikan Cukai Rokok
Rencana Cukai Naik

RADAR NONSTOP- Komunitas Kretek menilai keputusan pemerintah menaikkan cukai rokok sebanyak 23% adalah hal yang gila.

Bukan hanya tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi, tapi dalam kondisi daya beli masyarakat yang tidak bagus menaikkan cukai setinggi ini, menurut komunitas rokok adalah perbuatan menyengsarakan rakyat. 

Melalui rilis media yang berhasil diterima Radarnonstop.co (Rakyat Merdeka Group) menyampaikan, dengan kenaikan cukai tersebut, harga rokok akan naik 35%. Hal ini tentu saja akan sangat memberatkan para perokok. 

BERITA TERKAIT :
Jual Rokok Per Batang Dilarang, Ahli Hisap: Sama Aja Kita Disuruh Paru-Paru 
Cukai Rokok Naik Terus, Ahli Hisap: Kita Beli Rokok Lintingan Aja 

Ketua Komunitas Kretek Aditia Purnomo menilai, kenaikan harga rokok yang tidak masuk akal ini dalah bentuk baru penindasan rakyat oleh negara. 

Kata Aditia dalam rilisnya mengatakan, disaat rakyat kecil menggantungkan penghiburan sederhana atas tekanan kerja sehari-hari lewat rokok, negara justru mengambil penghiburan terjangkau milik rakyat ini. 

Jika sudah begini, sambung Aditia lagi, sepertinya negara memang tidak membolehkan rakyat kecil melepaskan penatnya. 

‘Selama ini rokok menjadi pelepas penat paling terjangkau bagi rakyat, dan dengan menaikkan cukai setinggi itu, negara telah merampas satu dari sedikit kesenangan yang bisa rakyat miliki,”terang Aditia Purnomo, Senin (16/9/2019).

Menurut Aditia, perokok adalah pihak yang secara langsung terdampak oleh kenaikkan cukai. Karena, selama ini pungutan cukai itu dibebankan pada konsumen, sehingga perokoklah yang menanggung semua kenaikkan harga tersebut. 

Belum lagi selain cukai, masih ada pungutan Pajak Rokok dan PPN yang harus ditanggung juga oleh konsumen.

“Bayangkan, dari 100% harga rokok, sekitar 70% dibayarkan untuk pemasukan negara dan daerah. Lalu perokok disebut hanya membuat pengusaha kaya, padahal yang paling banyak menikmati uang perokok adalah negara,” tegasnya.

Lebih lanjut ketua komunitas Kretek itu menambahkan, setelah semua uang yang diberikan perokok, negara justru sama sekali tidak memperhatikan pandangan dan nasib perokok dalam kebijakan cukai. 

Kondisi dan daya beli konsumen sama sekali tidak menjadi hal yang dipertimbangkan oleh negara. Dengan begini, sudah jelas jika negara memang hanya memandang perokok sebagai sapi perah penghasil uang belaka. 

"Karena itulah, Komunitas Kretek menyerukan ajakan kepada semua perokok untuk tidak lagi membeli rokok dengan cukai mahal. Beli saja rokok yang murah, atau langsung beli tembakau rajangan di petani. Tidak perlu lagi memberi pemasukan besar pada negara jika perokok memang tidak pernah dianggap sebagai manusia oleh pemerintah,"ujar Aditia.