Jumat,  10 May 2024

Penerapan Penanganan DPI (PPDPI) Solusi Bertani Musim Kemarau

Zaber Lubis
 Penerapan Penanganan DPI (PPDPI) Solusi Bertani Musim Kemarau
Mesin pompa portable

RADAR NONSTOP - Musim kemarau diprediksi masih akan berlangsung hingga bulan Oktobef. Kondisi ini bisa mempengaruhi produksi padi nasional.

Namun, Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyiasati hal tersebut dengan program Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI) untuk merangsang kemandirian petani beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. 

Kegiatan dilakukan melalui penerapan teknologi adaptif di lahan usaha tani, terutama di wilayah rawan banjir/kekeringan. Tahun 2018 ini kegiatan PPDPI dialokasikan sebanyak 40 unit (400 ha) yang tersebar pada 18 provinsi.

BERITA TERKAIT :
Suap Eks Mentan SYL, Beli Kado Nikah Hingga Baju Di Mal Untuk Istri 
Sunatan Cucu Hingga Biduan Pakai Duit Suap, Siapa Keluarga Eks Kementan SYL Yang Bakal Jadi Tersangka? 

Direktur Perlindungan TP, Yanuardi mengatakan, kegiatan PPDI telah dimulai sejak Tahun 2015, teknologi sederhana yang diterapkan oleh kelompok tani sesuai dengan kriteria dan spesifikasi lahannya. 

Pada wilayah rawan banjir, teknologi yang diterapkan adalah biopori, sedangkan pada wilayah rawan kekeringan sumur suntik/pantek sebagai alternatif atau solusi pengairan pada saat mengalami keterbatasan air akibat sungai dan irigasi yang kering.

Dengan memanfaatkan air dalam tanah, dibuat titik sumur untuk selanjutnya di pompa menggunakan mesin pompa portable. 

“Pengggunaan teknologi biopori maupun sumur suntik, tidak saja di satu musim tanam tetapi dapat digunakan secara berkelanjutan pada musim tanam selanjutnya”, ungkap Yanuardi

Beberapa wilayah di Indonesia diketahui sebagai daerah yang rawan kekeringan. 

Kasubdit Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim, Baskoro Sugeng Wibowo mencontohkan desa rawan kekeringan di Desa Margosari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.

“Daerah tersebut merupakan daerah yang rawan kekeringan karena lokasinya di hilir sehingga mendapatkan giliran air terakhir. Ketika debit air mulai berkurang bisa dipastikan lahan-lahan di Kelompok Tani Suka Tani akan mengalami kekeringan”, tambah Baskoro. 

Menyikapi hal tersebut, Kelompok Tani Suka Tani yang ada di wilayah tersebut dijadikan sebagai salah satu kelompok pelaksana kegiatan PPDPI. Pemilihan teknologi adaptif di Kelompok tersebut adalah sumur suntik/pantek, dengan membuat kedalaman 20 meter yang dapat menyedot air tanah hingga dapat mengairi pertanaman. 

Kelompok yang memiliki luas baku lahan 15 ha, membuat 15 titik sumur dengan anggaran yang difasilitasi oleh Kementan dan didukung dengan dana swadaya petani, sehingga keseluruhan luasan kelompok dapat diairi dengan sumur suntik/pantek, jelas Baskoro.

Selain penggunaan teknologi adaptif juga dilakukan pertemuan kelompok sebagai ajang diskusi bagi anggota kelompok selama mengikuti kegiatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kemandirian petani dalam penanganan DPI.

“Keberhasilan panen di tengah musim kemarau menjadi bukti bahwa DPI bukan menjadi halangan, justru menjadi tantangan agar petani lebih mandiri dan memiliki kemampuan dalam penanganan DPI di lahan usaha taninya”, pungkas Baskoro