Minggu,  05 May 2024

Tragedi Sekeluarga Meninggal Beruntun, Corona Di Surbaya Masih Rawan...

NS/RN/NET
Tragedi Sekeluarga Meninggal Beruntun, Corona Di Surbaya Masih Rawan...
Ilustrasi tim medis.

RADAR NONSTOP - Warga Surabaya, Jawa Timur (Jatim) harus tetap waspada dan hati-hati. Warga wajib mengikuti aturan pemerintah soal Corona. 

Karena hingga kini, belum ada tren penurunan. Seperti insiden di Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Sekeluarga tercatat meninggal beruntun. 

Padahal kelaurga tersebut statusnya adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Mereka terdiri atas orang tua (pasangan suami istri), anak perempuan serta janin delapan bulan.

BERITA TERKAIT :
Sikapi Kondisi Pasien Koma Usai Menjalankan Operasi, Begini Penjelasan RSUD Kota Bekasi
Duka Gempa Sumedang, Pasien RSUD Teriak Kiamat Sambil Bawa Infus 

Hingga Sabtu (6/6/2020), ada 993 penambahan kasus Corona di Indonesia. Dan Jatim masuk dalam posisi terbanyak penambahan dengan 286 kasus. 

Empat anggota keluarga tersebut diduga meninggal berurutan dalam waktu enam hari. Pada tanggal 30 Mei, sang ayah (G/65) meninggal dunia di RSI Jemursari dan sehari berikutnya anak perempuan (D) yang mengandung janin 8 bulan menyusul meninggal dunia.

Sebelum D meninggal, dokter sempat melakukan operasi pengeluaran janin, sebab calon jabang bayi tersebut tidak berdenyut lagi. Sedangkan sang ibu (C), meninggal dunia 2 Juni, dua hari setelah kematian D.

“Begitu ada kabar, kami langsung gerak cepat, melakukan karantina keluarga yang tersisa. Kampung juga sudah ditutup. Kami juga masih melakukan investigasi,” kata Anggota Tim Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur (Jatim) dr Makhyan Jibril Al Farabi di Grahadi, Jumat (5/6/2020) malam.

Makhyan mengatakan, dari empat anggota keluarga yang meninggal dunia tersebut, baru satu yang positif corona, yakni D. Sedangkan ayah dan ibu (G dan C) masih menunggu swab. “Untuk D, swabnya sudah keluar. Dia positif. Untuk ayah dan ibunya rapidnya reaktif, tetapi mereka meninggal sebelum swabnya keluar,” ujarnya.

Informasi yang dihimpun, gejala Covid-19 di keluarga tersebut bermula dari kondisi D yang mengalami pilek dan sesak napas. Pada tanggal 25 Mei, D bahkan masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PHC dan dirawat di ruang isolasi.

Menurut keterangan keluarga, D tertular suaminya yang lebih dulu menjalani isolasi setelah dinyatakan reaktif.

Pada saat bersamaan, kondisi kesehatan ibu D (C/61) menurun dan menjalani perawatan di RS RKZ Surabaya. Sementara itu keadaan D tidak kunjung membaik. Tanggal 26 Mei 2020, dia dibawa kembali ke RS PHC Surabaya. Kondisinya terus menurun. Bahkan sehari setelahnya D mengalami gagal napas dan dibantu ventilator.

Tanggal 29 Mei pagi, ibu D menjalani isolasi mandiri di Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya. Setelah itu, siangnya disusul ayahnya. Pasangan suami istri ini menjalani isolasi di rumah sakit tersebut dalam satu ruangan. Dari situlah, duka keluarga ini datang berurutan (ayah, anak dan janin 8 bulan serta ibu).

Saat ini, lanjut Makhyan, Tim Covid-19 Jatim dan Surabaya telah melakukan tracing dan mengarantina lima orang keluarga yang kontak erat dengan pasien PDP meninggal dunia tersebut, termasuk melakukan rapid test terhadap 69 warga di satu kampung domisili pasien PDP.

“Kami berharap kasus satu keluarga PDP ini jadi pembelajaran. Masyarkat jangan lagi menyepelekan virus ini. Selalu jaga kesehatan dengan physical distancing serta menggunakan masker saat keluar rumah,” katanya.