Minggu,  05 May 2024

Waspada, Rusia Mau Diserang Hacker Dunia 

NS/RN
Waspada, Rusia Mau Diserang Hacker Dunia 

RN - Rusia harus waspada. Karena, ada dugaan Ukraina akan mengerahkan hacker. 

Ukraina saat ini sudah melontarkan klaim yang menyebut ribuan tentara Rusia tewas dalam pertempuran saat menginvasi negara tersebut. Klaim Ukraina itu dibantah oleh Rusia, yang menegaskan tidak ada korban jiwa dalam operasi militer ke negara tetangganya itu.

Seperti dilansir BBC, Sabtu (26/2/2022), militer Ukraina dalam pernyataan via Facebook menyebut Rusia mengalami kerugian besar dalam invasinya ke negara tersebut.

BERITA TERKAIT :
Bantuan Duit Perang Dari AS Ke Israel & Ukraina Bikin Kusut Dunia 
Putin Menang Telak Pemilu Rusia, AS & Negara Barat Sebut Pemilu Curang

Diklaim oleh militer Ukraina bahwa lebih dari 3.500 tentara Rusia yang terlibat dalam invasi telah tewas. Disebutkan juga bahwa nyaris 200 tentara Rusia lainnya kini ditahan oleh Ukraina.

Tidak hanya itu, militer Ukraina dalam pernyataannya juga menyebut Rusia telah kehilangan banyak peralatan dan senjata militer. Sebanyak 14 pesawat, delapan helikopter dan 102 tank militer disebut telah hancur dalam pertempuran dengan militer Ukraina.

Namun menurut laporan CNN, Kementerian Pertahanan Rusia tidak menyebut adanya korban jiwa dalam laporan terbarunya pada Sabtu (26/2) waktu setempat.

Laporan Rusia itu hanya mencantumkan daftar kerugian peralatan militer dari pihak Ukraina, dari apa yang disebutnya sebagai hasil 'operasi militer khusus'.

Sementara pemerintah Ukraina meminta relawan dari para peretas atau hacker bawah tanah negara itu untuk membantu melindungi infrastruktur penting dan melakukan misi spionase serangan siber terhadap tentara Rusia, menurut dua orang yang terlibat dalam program itu.

Ketika pasukan Rusia menyerang kota-kota di seluruh Ukraina, permintaan relawan mulai muncul di forum-forum peretas pada Kamis pagi, saat banyak warga meninggalkan ibu kota Kiev.

"Komunitas siber Ukraina! Saatnya terlibat dalam pertahanan siber negara kita," menurut sebuah unggahan, meminta para peretas dan pakar keamanan siber untuk mengajukan aplikasi melalui Google doc, menulis daftar keahlian mereka seperti pengembangan malware, dan referensi profesional, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/2).

Yegor Aushev, salah satu pendiri perusahaan keamanan siber di Kiev, mengatakan kepada Reuters, dia menulis unggahan itu atas permintaan pejabat senior Kementerian Pertahanan yang menghubunginya pada Kamis.

Satu orang lainnya yang terlibat dalam upaya itu mengonfirmasi bahwa permintaan itu datang dari Kementerian Pertahanan pada Kamis pagi.

Perwakilan Kementerian Pertahanan Ukraina tidak menanggapi permintaan komentar terkait hal ini. Seorang atase pertahanan di Kedutaan Besar Ukraina Washington mengatakan dia "tidak bisa mengonfirmasi atau membantah informasi dari saluran Telegram" dan menolak berkomentar lebih jauh.

Aushev menyampaikan, relawan akan dibagi menjadi unit siber pertahanan dan perlawanan. Unit pertahanan akan ditugaskan untuk mempertahankan infrastruktur seperti pembangkit listrik dan sistem perairan. Pada serangan siber 2015, yang dikaitkan dengan serangan peretas Rusia, 225.000 warga Ukraina kehilangan jaringan listrik.