Jumat,  29 March 2024

Polarisasi Tidak Selamanya Perpecahan, Ini Tips Kata Anies Ada Urutannya

RN/NS
Polarisasi Tidak Selamanya Perpecahan, Ini Tips Kata Anies Ada Urutannya
Ilustrasi

RN - Saat ini muncul istilah polarisasi. Istilah itu dikembangkan oleh para petualang politik yang hanya mementingkan kepentingan sesaat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata polarisasi adalah magnetisasi. Arti lainnya dari polarisasi adalah pembagian atas dua bagian (kelompok orang yang berkepentingan dan sebagainya) yang berlawanan.

Artinya, polarisasi bukan bagian dari perpecahan. Karena, bicara perpecahan ada urutannya. Saat ini polarisasi digaungkan untuk mencap lawan-lawan politik yang dianggap tidak sejalan.

BERITA TERKAIT :
Ogah Berandai-Andai Jadi Menteri Lagi, Sandi Tau Malu Juga Ya?
Demokrat Minta Hapus PT Capres, Ancang-Ancang Dorong AHY Di 2029

Padahal, polarisasi bisa diracut dan diurai. Tapi, banyak kelompok yang enggan menerima perdebatan lalu mencap sebagai polarisasi.

Padahal untuk menghilangkan perpecahan akibat polarisasi adalah membuka ruang debat dan menyatukan menjadi satu ide.

Gaya Jokowi merangkul lawan politiknya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno adalah sal;ah satu bukti dan fakta kalau dia mampu mencegah polarisasi dengan dialog berkelanjutan.

Ruang Terbuka Debat

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai polarisasi tak selamanya menimbulkan konflik dan perpecahan. Hal itu dinyatakan Anies menjawab kekhawatiran berbagai pihak soal Pilpres 2024 yang mungkin akan menyebabkan perpecahan seperti pada 2019.

"Tidak selamanya polarisasi itu adalah konflik dan tidak selamanya polarisasi itu adalah perpecahan," ujar Anies dalam sebuah acara di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 5 Agustus 2022.

Anies pun menjelaskan soal bagaimana perbedaan bisa berujung pada perpecahan. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Rektor Universitas Paramadina itu menyatakan bahwa perbedaan dalam demokrasi adalah keniscayaan.

Hanya saja, kata dia, tidak semua perbedaan akan berujung pada perpecahan.

"Dalam sebuah demokrasi, ruang perdebatan dibuka. Pandangan A, pandangan B, pandangan C, pandangan D, dan permunculannya itu bisa menimbulkan yang disebut polarisasi," ujar dia.

"Ada urutannya polarisasi itu. Perbedaan pandangan menghasilkan polarisasi, polarisasi bisa friksi, friksi bisa melurus pada konflik, konflik baru perpecahan, jadi ada fasenya. Nah, seringkali kita melihat perbedaan pandangan langsung buru-buru menyimpulkan perpecahan, tidak. Perpecahan itu paling ujung," tuturnya.

Karena itu, Anies menilai ruang perdebatan harus dijaga agar tetap sehat. Dia menilai media berperan penting dalam hal ini. Media dapat menjadi medium bertukar gagasan yang menjamin kesetaraan demi mencapai tujuan yang sama.

"Tujuannya apa? menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," ujar dia.

Menurut Anies, persatuan hanya bisa hadir jika keadilan terwujud. "Namun akhir-akhir ini, kalau kita bicara persatuan, kita mau menyatukan asal-usul. Padahal asal-usul tidak bisa dipersatukan, yang bisa disatukan tujuan bersama, yakni keadilan sosial," tuturnya.

Kekhawatiran akan adanya polarisasi yang berujung pada perpecahan pada Pilpres 2024 belakangan memang mencuat. Sejumlah kalangan menilai polarisasi seperti 2019 sangat mungkin terjadi jika nantinya hanya akan ada sedikit kandidat yang bersaing. Karena itu, sejumlah upaya agar Pilpres 2024 tidak hanya diikuti oleh dua pasangan calon saja tengah diperjuangkan. Salah satunya adalah melalui uji materi soal ambang batas pencalonan presiden atau Presidential Threshold.

Anies Baswedan sendiri disebut sebagai satu dari tiga calon yang berpeluang besar untuk maju pada Pilpres 2024. Sejumlah survei menyebutkan dia bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai tiga tokoh dengan elektabilitas tertinggi saat ini. Akan tetapi, dari ketiga tokoh itu belum ada satu pun yang dipastikan mendapatkan perahu untuk mencalonkan diri.