Sabtu,  20 April 2024

Ketum DPP Bapera Miris Indonesia Krisis Petani Muda: Kita Jadi Bergantung Pangan Negara Lain

Tori
Ketum DPP Bapera Miris Indonesia Krisis Petani Muda: Kita Jadi Bergantung Pangan Negara Lain
Ilustrasi

 

RN - Kemunduran sebuah negara terjadi ketika rakyat dan pemudanya masa bodo alias cuek terhadap dunia pertanian.

"Ketika generasi milenial dan zillenial tidak lagi berminat pada pertanian (food), cepat atau lambat masyarakat Indonesia akan dikontrol negara lain dan ini menjadi bukti pangan kita lebih di dominasi dan berasal dari negara lain," ujar Ketua Umum DPP Bapera, Fahd El Fouz A Rafiq di Jakarta, Kamis (17/11/2022).

BERITA TERKAIT :
Kornas JMN: Milenial-Gen Z Rasional Pilih Ganjar di Pilpres 2024, Nih Alasannya
Senin Siang, Fahd Lantik 8 Pengurus DPD Bapera Kabupaten Kota se-Riau

"You control food you control people, you control oil you control country and you control gold you control the world (kamu mengontrol makana, kamu akan mengontrol rakyat, jika kamu mengontrol minyak kamu akan control negara dan jika kamu kontrol emas kamu akan kontrol dunia). Tapi hari ini saya akan berfokus pada permasalahan pangan," tegas Fahd, menambahkan.

Ia berpendapat para pemuda harus bertukar perspektif mengenai pengetahuan, pengalaman, dan ide bersama untuk memajukan pangan Indonesia. Generasi milenial dan di bawahnya harus peduli dengan isu pangan yang menjadi kekhawatiran banyak negara di belahan dunia lain.

"Kita memiliki SDA yang melimpah membutuhkan peran anak muda untuk mencapai kemandirian dan ketahanan pangan," terangnya.

Ia mengulas era Presiden Soeharto sukses menjadikan Indonesia menjadi negeri agraris dan pengekspor beras terbesar, tapi setelah lima presiden pascareformasi malah mundur sebagai negara pengimpor beras. Bahkan, sejak keluar dari OPEC tahun 200,4 Indonesia tidak lagi mumpuni khususnya dalam bidang energi apalagi teknologi.

"Indonesia hari ini menjadi pengimpor gandum dari Ukraina sebanyak 3,1 juta gandum ini untuk produksi mie instan dan berbagai makanan lain, kita tahu mie instan sudah menjadi makanan ke-2 di Indonesia setelah nasi, yang kok impor," papar dia pula.

Jika semua serba impor, ia mewanti-wanti kemaslahatan sebuah negara akan terancam. "Karena kita ketergantungan pangan dengan negara lain. Dan hari ini kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja, negara-negara dunia pada urusin dalam negerinya masing-masing," jelas Fahd.

Mantan Ketum PP AMPG ini pun mengajak para pemuda untuk jadi pelopor supaya Indonesia dapat mencapai kemandirian dan ketahanan pangan. "Sekali lagi kita bersama-sama harus menghimpun perspektif awal pemuda mengenai pangan. Karena masalah pertanian dan pangan adalah masalah multiperspektif yang harus diselesaikan bersama-sama," imbaunya.

Ia merasa prihatin melihat penghargaan generasi milenial dan zilenial terhadap profesi petani sangat rendah. Hal ini praktis bisa mempengaruhi minat generasi selanjutnya untuk bertani.

"Pangan seharusnya jadi fokus pada kesejahteraan manusia. Hari ini negara-negara yang terkena dampak perang Rusia dan Ukraina sudah menahan makanannya agar tidak diekspor, hal ini dikarenakan untuk mempersiapkan risiko apakah Indonesia akan terkena dampak resesi dunia," ujar dia.

Fahd yang juga berkecimpung di dunia usaha menegaskan, masalah pangan di republik ini bukan semata masalah teknis ketersediaan tapi juga meliputi kesejahteraan sosial baik dalam produksi, konsumsi dan distribusi.

"Kita harus menantang generasi milenial untuk berkontribusi di bidang pertanian dengan ilmunya masing-masing. Beberapa masalah pertanian di negeri kita yang hingga kini belum terpecahkan di antaranya seperti krisis regenerasi petani, image pertanian kurang perhatian anak muda, rantai perdagangan yang merugikan petani sehingga petani keringatnya diperas oleh para rentenir, modal, tekniknya masih tradisional dan fungsli alih lahan," demikian Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar ini.