RN - Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Sekitar 183 jamaah haji dari Indonesia dikabarkan wafat ketika menunaikan ibadah haji di tanah suci.
Konsul Haji Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, Nasrullah Jasam, mengatakan jemaah tersebut meninggal dunia akibat berbagai faktor, salah satunya ialah heatstroke.
Kendati begitu, heatstroke tidak menjadi penyebab langsung kematian jemaah. "Faktor heatstroke (serangan panas) memang ada. Sampai saat ini heatstroke menjadi penyebab secara langsung tidak ada, tetapi menjadi penyebab antara ada," lanjutnya.
BERITA TERKAIT :Nasaruddin Umar Diminta DPR Benahi Masalah Haji, Jangan Sampai Ada Jual Beli Kuota
Berdasarkan catatan KJRI Jeddah, faktor utama para jemaah RI meninggal dunia sebagian besar karena penyakit bawaan.
Beberapa di antaranya seperti penyakit jantung iskemik, jantung hipovolemik, radang paru-paru, neoplasma, pneumonia, asma, gagal ginjal, tuberkulosis, hingga hipertensi paru.
Nasrullah tak merinci berapa jumlah jemaah wafat, baik di Makkah, Madinah, maupun Arafah.
Namun, ia menyebut jumlah jemaah Indonesia wafat tahun ini jauh menurun jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu.
"Sejauh ini jumlah jemaah yang wafat dibanding tahun lalu di hari yang sama jauh menurun," kata Nasrullah.
Musim haji di Arab Saudi tahun ini dilanda panas ekstrem dengan suhu berkisar antara 45 sampai 48 derajat Celsius.
Otoritas Saudi pun mengimbau jemaah untuk mematuhi pedoman kesehatan yang telah ditetapkan, di antaranya membawa payung guna menghindari paparan langsung sinar matahari, minum air dalam jumlah yang cukup, serta beristirahat di antara ibadah agar tak kelelahan.
Kementerian Kesehatan Saudi juga menginstruksikan jemaah menggunakan alat penyiram air kecil guna mendinginkan wajah di suhu tinggi.
Petugas haji sendiri telah mengantisipasi panas ekstrem dengan memasang penyejuk udara yang memancarkan air ke berbagai titik. Para jemaah diharapkan tak akan kepanasan dan mendapat kesegaran melalui sistem tersebut.