Sabtu,  23 November 2024

Kurangi Penggunaan Pestisida, Petani Beralih Budidaya Tanaman Sehat

Zaber Lubis
Kurangi Penggunaan Pestisida, Petani Beralih Budidaya Tanaman Sehat

RADAR NONSTOP - Setelah mendapat penyuluhan dan penjelasan dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, petani mulai menyadari bahaya penggunaan pestisida kimia. Kini mereka beralih budidaya tanaman sehat.

Diketahui, selama ini petani masih mengandalkan pestisida kimia untuk mengendalikan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di lahan usaha taninya. 

Pestisida dinilai ampuh dan cepat membunuh hama sehingga selalu menjadi pilihan petani dalam pengendalian OPT di lapangan.

BERITA TERKAIT :
Terbukti Lakukan Pemerasan Di Kementan, SYL Dibui 12 Tahun
Nikmati Duit Kementan, Anak Dan Cucu SYL Mulai Digilir KPK 

Tanpa disadari petani, aplikasi pestisida kimia dapat menyebabkan resistensi serangga hama terhadap bahan aktif pestisida tersebut.

“Hal ini baru mulai disadari dan dipahami oleh petani setelah beberapa kali terjadi puso akibat serangan OPT terutama wereng sebagaimana terjadi beberapa waktu yang lalu baik di Karawang, Subang, Bekasi, dan beberapa wilayah lainnya di sepanjang Pantura,” jelas Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementan, Yanuardi.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, imbuh Yanuardi, lalu mengajak petani setempat untuk kembali melakukan pengamatan OPT secara rutin, mulai sejak persemaian hingga panen serta mendorong petani untuk menerapkan budidaya tanaman sehat.

Melalui budidaya tanaman sehat, petani dikenalkan kembali tentang proses pengolahan tanah yang baik dengan penambahan zat penetral PH tanah, pupuk organik, penggunaan varietas unggul tahan OPT, seleksi dan perlakuan benih menggunakan Agens Pengendali Hayati (APH), pengaturan pola tanam jajar legowo, pengamatan rutin sejak persemaian, pengelolaan OPT menggunakan APH, serta penanaman tanaman refugia guna meningkatkan keanekaragaman musuh alami di lahan usaha taninya.                     

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan pada tahuh 2018 telah mengalokasikan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat Padi seluas 23.000 ha yang tersebar di 21 Provinsi. 

Kegiatan dem area sendiri telah dimulai sejak Tahun 2017 di beberapa daerah endemis dan potensial serangan WBC dan virus kerdil rumput/hampa di enam Provinsi sentra produksi padi (Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) seluas 13.610 ha. 

Walaupun membutuhkan waktu, namun beberapa petani yang 2 musim tanam sebelumnya mengalami gagal panen atau puso mulai dapat merasakan panen kembali terutama di daerah-daerah endemis wereng batang coklat.

“Pengalaman ini menjadikan petani percaya dan perlahan-lahan mulai beralih ke budidaya tanaman sehat,” pungkasnya.