RADAR NONSTOP- Informasi bakal dilakukan Rapid test massal membuat warga di Kampung Cori, Kelurahan Taktakan kocar-kacir.
Banyak warga mengungsi kerumah-rumah saudara yang berada jauh dari tempat tinggalnya demi menghindari pengambilan Tes diagnostik cepat Covid-19 oleh tim kesehatan.
Lurah Taktakan, Erlinawati mengatakan warga ketakutan berlebihan lantaran termakan kabar hoaks yang menyebutkan akan ada rapid test secara dor to dor (rumah kerumah).
BERITA TERKAIT :Son Heung-min Diserang Pelecehan Rasis
Besok, 2 Terdakwa Korupsi Bank Banten Duduk di Kursi Pesakitan
“ Pemukiman warga tadi pagi jadi sunyi-senyap, warung pada tutup, yang lagi sakit stroke lumpuh dibawa ngungsi juga dari kemarin malam," ungkap Erlinawati kepada wartawan.
Menurut Erlinawati, Rapid Test kepada warga secara dor to dor adalah bohong belakang, karena petugas gugus tugas Covid-19 hanya membuka Rapid Test di Kantor Kelurahan.
"Jadi hanya sukarela saja, bagi yang mau Rapid Test yang silahkan. Kalau tidak mau juga, tak apa-apa. Gak ada pemaksaan, hanya ingin meningkatkan kesadaran warga yang mau Rapid Test saja," jelas Erlinawati.
Erlinawati berharap, masyarakat dapat lebih cerdas menyimak berita di media sosial, dan bisa memilah mana yang HOAX (Bohong) mana yang nyata kebenarannya.
"Karena Rapid Test ini tidaklah Horor seperti bayangan, yang katanya Rapid Test hidung dan tenggorokannya disogrok. Hanya diambil darahnya saja, seperti donor darah," tutup Erlinawati.
Sebelumnya juga ada ratusan warga di Kelurahan Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, disebutkan mengungsi meninggalkan rumah karena menolak mengikuti rapid test.
Menurut Gubernur Banten, Wahidin Halim , beberapa warganya itu menolak bukan karena ketidaktahuan soal pentingnya rapid test, melainkan khawatir muncul beban psikologis.
Banyak warga yang khawatir bila hasil rapid test menunjukkan positif, mereka akan dikarantina dan terpisah dari keluarga.