RADAR NONSTOP - Hidup dibui memang tidak enak. Selain harus tidur berbagi dengan napi lain, ada juga beberapa virus yang hinggap di badan.
Seperti Catherine Wilson. Artis dan model ini saat menjalani penahanan selama 6 bulan akibat kasus narkoba mengalami gatal-gatal.
Usai berkasnya dinyatakan P21 pada 8 Desember 2020 lalu, Catherine secara resmi menjadi salah satu penghuni di Rutan Cilodong, Depok, Jawa Barat hingga saat ini. Sayangnya, kondisi wanita 39 tahun tersebut saat ini dikabarkan kurang baik, lantaran mengalami sakit kulit.
BERITA TERKAIT :Pemakai Narkoba Hanya Direhabilitasi, 4,8 Juta Pecandu Selamat Dari Bui
Pemakai Narkoba Hanya Rehabilitasi Tanpa Dipenjara, Kalau Bandar Hukumannya Mati
"(Kondisi) Baik-baik aja. Namanya juga orang yang di dalam situ, kan ramai ya, jadi kak Catherine kena sakit dikulitnya. Sudah mulai gatal-gatal," beber Verna Wahono selaku kuasa hukum Catherine Wilson, usai persidangan virtual di Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat, Rabu, 6 Januari 2021.
Terkait gatal-gatal pada kulit bintang film Cinta Silver tersebut, Verna menyebut bahwa kemungkinan besar Catherine tidak cocok dengan air dan lingkungan di dalam tahanan.
Virus Dalam Bui
Dilansir dari berbagai sumber ada beberapa penyakit yang sering dialami narapidana di dalam jeruji besi, yaitu:
1. Berbagai macam penyakit infeksi.
Penjara bisa menjadi tempat perkembangbiakan infeksi, ini karena ruang penjara yang tertutup, ventilasi dan cahaya yang buruk serta seringkali udara di dalam penjara yang lembab.
Kondisi ini tidak hanya berisiko pada tahanan saja, tapi juga bisa mempengaruhi tahanan lain, petugas sipir dan kerabat yang berkunjung. Penyakit infeksi yang banyak ditemui adalah difteri dan infeksi saluran pernapasan lain.
2. Penyakit Tuberkulosis (TB).
Penyakit ini bisa menular melalui kuman TB yang ada di udara saat penderita batuk atau bersin, dengan kurangnya fasilitas ventilasi yang memadai maka sangat besar kemungkinan kuman tersebut menulari tahanan lain yang ada di penjara. Penjara di berbagai negara di dunia menunjukkan angka prevalensi dan tingkat insiden yang tinggi untuk penyakit TB.
3. Penyakit Hepatitis B dan Hepatitis C.
Diperkirakan sekitar 40 persen tahanan di penjara terinfeksi Hepatitis C, penyakit ini sebenarnya bisa diobati tapi banyak penjara yang tidak mau melakukan tes untuk para tahanannya. Padahal Hepatitis C adalah suatu penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Sedangkan untuk Hepatitis B biasanya diakibatkan kontak darah atau cairan tubuh antar tahanan yang telah didiagnosis Hepatitis B terutama melalui penggunaan jarim suntik bergantian.
4. Penyakit Menular Seksual.
Tak bisa dipungkiri kehidupan di penjara bisa menjadi tempat terjadinya penularan penyakit seksual, karena dalam satu sel seringkali diisi oleh banyak orang dengan jenis kelamin yang sama. Penyakit seksual yang paling sering ditemui adalah klamidia dan sifilis.
5. Penularan Penyakit HIV/AIDS.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para tahanan masih tetap bisa menggunakan narkoba, hal ini tentu saja dapat meningkatkan risiko tertularnya HIV/AIDS. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril, membuat tato di dalam penjara dan tidak menggunakan kondom bisa menjadi penyebabnya.
6. Penyakit Kulit
Lingkungan penjara yang biasanya tidak terawat dengan baik atau penggunaan air yang tidak bersih seringkali menimbulkan masalah pada kulit seperti gatal-gatal, alergi atau kulit menjadi kering.
7. Penyakit Saluran Pencernaan.
Penyakit ini biasanya diakibatkan oleh lingkungan yang tidak bersih atau kurangnya asupan nutrisi bagi para tahanan. Hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, maag atau gangguan sistem pencernaan lain.