Sabtu,  04 May 2024

Petani-petani Muda Ini Penghasilannya Menggiurkan

Zaber Lubis
Petani-petani Muda Ini Penghasilannya Menggiurkan

Keberadan petani muda menjadi fenomena dan harapan bagi pertanian Indonesia. Tren bertani tidak lagi dimiliki hanya karena profesi warisan dari orang tua. Bertani menjadi ladang bisnis menjanjikan. Penghasilan bertani, bahkan mampu menyaingi gaji PNS bahkan pegawai swasta.

Ulus Pirmawan, salah satu sosok petani sayur yang sukses dan tidak bisa dianggap sebelah mata. Beliau merupakan seorang tokoh pemuda tani yang berjuang di sektor pertanian. Kerja keras petani asal Kampung Gandok, Desa Suntenjaya, Cibodas, Lembang, Jawa Barat ini membuktikan, bahwa petani bisa berkembang.

Saat beranjak dewasa, Ulus banyak belajar mengenai pertanian, baik yang diadakan Dinas Pertanian maupun lembaga atau perusahaan yang kompeten dengan dunia pertanian. Dirinya pernah menjadi supplier dan pada 2005 mendirikan Kelompok Tani Baby French.

BERITA TERKAIT :
Sunatan Cucu Hingga Biduan Pakai Duit Suap, Siapa Keluarga Eks Kementan SYL Yang Bakal Jadi Tersangka? 
Keseret Kasus Suap Eks Mentan SYL, Nayunda Naik Daun Dan Makin Beken?

Selanjutnya, dia mendirikan Gabungan Kelompok Tani Wargi Panggupay. Gapoktan tersebut membawahi delapan kelompok tani produktif. Seluruhnya aktif dan terlibat langsung dalam program tanam. Wargi Panggupay juga melakukan kerja sama dan menjalin kemitraan dengan Eksportir PT Alamanda Sejati Utama, Fortuna Agro Mandiri, dan supplier supermarket.

Bermodal pengalaman dan pengetahuan, usahanya terus berkembang menjadi ladang bisnis menguntungkan, berkelanjutan dan berkesinambungan. Bahkan dirinya mampu meregenerasi anak-anak muda di sekitarnya untuk giat bertani.

Sebut saja, Doni Pasaribu. Seorang sarjana pertanian yang memutuskan sepenuh hati memilih pertanian sebagai jalur bisnis. "Ini adalah panggilan hati. Dulu orang bertani karena keturunan. Sekarang saya sendiri memilih jadi petani," ujarnya di Lembang, Sabtu (22/9/2018).

Dirinya juga merasa prihatin, apabila lahan pertanian tidak dimaksimalkan. Pemuda berusia 22 tahun ini, nyaman menjadi petani karena fleksibilitas waktu dan penghasilannya menjanjikan.

"Kalau lahan pertanian tidak digunakan, maka lahan yang ada lama-lama bisa habis. Inilah kesempatan menghancurkan doktrin negatif bertani sulit kaya. Bertani bisa sukses. Sayang kalau sarjana pertanian, tapi tidak bertani. Penghasilan saya memang di bawah Pak Ulus, tapi penghasilan saya bisa melebihi dari seorang PNS," bebernya.