RADAR NONSTOP - Buah naga menjadi salah satu komoditas unggulan Kabupaten Keerom, Papua, selain durian, pisang, dan matoa. Padahal, awal mulanya dikembangkan dengan niat coba-coba dua transmigran, Sobikhan dan Samirun.
Awalnya, mereka mendapatkan kiriman 200 stek varietas Sabila dari Yogyakarta. Dibeli melalui situs online seharga Rp165 ribu per stek.
"Setelah ditanam, yang bisa tumbuh dan bisa menghasilkan hanya 180 stek saja," ujar Sobikhan. Berkat ketekunan dan bimbingan Dinas Pertanian setempat, 180 batang stek tumbuh dan berkembang menjadi 750 pohon. Buah naga tumbuh sepanjang tahun.
BERITA TERKAIT :Terbukti Lakukan Pemerasan Di Kementan, SYL Dibui 12 Tahun
Nikmati Duit Kementan, Anak Dan Cucu SYL Mulai Digilir KPK
Kesuksesan tersebut menggugah tetangganya sesama transmigran. Mereka lalu membentuk Kelompok Tani Mekar Karya. Cerita manis ini, pun menjalar ke poktan lain untuk membudidayakan buah naga. Poktan Arso, Poktan Merauke, Poktan Biak, Poktan Serui, dan Poktan Sorong, misalnya.
Alhasil, budi daya buah naga di Keerom tersebar di Arso 14, Arso 13, Arso 4, Arso 12, Arso 9 Distrik Sukanto, dan Kampung Yowong di Distrik Arso Barat. Ada sekitar 9.000 pohon dengan produksi sekitar 5.000-8.000 kilogram per bulan pada 2018. Di tingkat petani, buah naga dihargai Rp30 ribu per kilogram dan harga tingkat retail di Kota Jayapura Rp35 ribu per kilogram.
Buah naga yang dihasilkan berciri ukuran besar dengan berat sekira 800 gram, warna kulit merah marun, dan rasanya manis. Setelah dipanen, buah didistribusikan ke pasar modern di Jayapura, Kabupaten Wamena, dan Kabupaten Mimika.
Selain dijual dalam bentuk buah segar, produk Poktan Mekar Jaya pun diolah menjadi beberapa macam makanan. Es krim, puding, es buah, jus, dodol, dan selai. Makanan olahan ini, dipasarkan di Kota Jayapura dan menjadi buah tangan bagi wisatawan.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mekar Jaya melalui program PI Prukades, juga mengelola kebun. Buah naga produk unggulannya. Pada 2017, kebun berkembang menjadi tempat agrowisata.
Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura, Sarwo Edhy, menyatakan, usaha tersebut patut menjadi menjadi contoh bagi transmigran lainnya. "Untuk terus bertanam dan mengembangkan buah-buahan asli Indonesia," pungkasnya.