RN - Udara Jakarta sudah mulai kinclong. Hal ini terlihat dari kasasan Jakarta Selatan dipenuhi kabut tipis, Rabu (10/3/2021) malam.
Fenomena alam inii, jarang terjadi mengingat kawasan itu selalu panas dan dipenuhi polusi.
Tak hanya di Kemang, sejumlah kawasan di Jakarta Selatan juga terpantau turun kabut, di antaranya jalan Prapanca Raya dan kawasan sekitar fly over Antasari.
BERITA TERKAIT :Pj Gubernur HBH Gak Punya Data Soal Polusi Udara Jakarta, Mendadak KLHK Muncul...
Polusi Udara Di Jakarta Buruk, Pj Gubernur Jakarta Nyerah Nih
Hal itu terungkap usai akun instagram @infojaksel.id mempostingnya Rabu (11/1/2021) malam tadi. “Kemang berkabut nih,” kata seorang pria dalam video yang tersebar.
Dalam video yang beredar sendiri terlihat kawasan kemang dan Jalan Prapanca tampak turun kabut. Kondisi ini membuat jarak pandang pengendara menjadi terbatas, mereka tak bisa memacu kendaraan dengan cepat karena bisa memicu kecelakaan.
Dalam video itu pula, meski kawasan Kemang diterangi lampu jalan. Namun kabut yang turun tetap membuat kawasan itu tampak gelap.
“Fenomena yang jarang terjadi, kabut tebal turun merata di wilayah kita dan sekitarnya tadi. Secara ilmiah mimin gak bisa jelasin apa sebab dari fenomena ini,” tutupnya dalam caption.
Sementara Soni mengaku, dirinya sering melihat kabut tipis dari fly over Antasari. "Saya dari Depok naik Tol Desari, pas di Antasari terlihat kabut tipis," ucapnya, Kamis (11/3/2021).
Untuk menandai udara sejuk, bapak dua anak ini buka kaca mobil dan mematikan AC. "Memang dingin dan sejuk, mungkin Jakarta sudah sejuk. Karena, banyak rute sepeda dan fasilitas jalan kaki," bebernya.
Diketahui, Anies memang lagi getol memberlakukan fasilitas sepeda dan jalan kaki. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI sebelumnya mengatakan berdasarkan pemantauan kualitas udara ambien dengan air quality monitoring system (AQMS) rata-rata kualitas udara di Jakarta jauh lebih baik pada 2020 jika dibandingkan 2019.
"Rata-rata konsentrasi PM2.5 di Jakarta pada 2020 yakni 28,63 mikrogram per meter kubik. Jumlah itu turun dari 37,66 mikrogram per meter kubik pada 2019," kata Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK Dasrul Chaniago saat diskusi daring.
Dari hasil pemantauan kualitas udara tersebut diketahui memiliki selisih sebesar sembilan mikrogram per meter kubik. KLHK juga mempersilahkan pihak-pihak terkait untuk mendalami atau menganalisis lebih jauh terkait perbaikan kualitas udara di ibu kota.
"Silakan dianalisis, apakah karena pandemi atau mungkin karena cuaca tahun ini lebih baik," kata Dasrul.
Jika disandingkan dengan Bandung, sebenarnya kualitas udara di ibu kota tidak berbeda jauh. Pada periode 2020 rata-rata konsentrasi PM2.5 Kota Bandung sebesar 27,01 mikrogram per meter kubik.
Kemudian bila dibandingkan antara Jakarta, Bekasi dan Depok, pada dasarnya kualitas rata-rata konsentrasi PM2.5 di ibu kota jauh lebih baik lagi. Untuk Bekasi, rata-rata konsentrasi PM2.5 sebesar 42,75 mikrogram per meter kubik. Kemudian, rata-rata konsentrasi PM 2.5 Depok yakni 33,35 mikrogram per meter kubik pada 2020.
Dari data-data kualitas udara yang dihimpun oleh AQMS tersebut, sejatinya Jakarta tergolong cukup bagus. Namun, Dasrul heran banyak pihak selama ini hanya menyoroti kondisi kualitas udara di Jakarta saja padahal di kota-kota penyangga jauh lebih tinggi dalam arti tidak sehat.
Ia menambahkan pada dasarnya kualitas udara juga dipengaruhi oleh tiga aspek yakni meteorologi, topografi dan sumber emisi yang terdapat di wilayah setempat.