Jumat,  17 May 2024

Ya Ampun, Ratusan Ribu Jamaah Umroh Terancam Gagal ke Tanah Suci

DEDI
Ya Ampun, Ratusan Ribu Jamaah Umroh Terancam Gagal ke Tanah Suci

RADAR NONSTOP - Akibat kebijakan baru yang dikeluarkan Kedutaan Besar Saudi Arabia (KBSA) yakni wajib melampirkan bukti rekam Biometrik VFS untuk dapat visa jika ingin ke tanah suci, ratusan ribu jamaah Umroh Indonesia terancam batal terbang.

Kebijakan yang mulai diberlakukan sejak tanggal 17 Desember 2018 itu, penolakan keras mulai bermunculan dari ratusan ribu umat Islam, khususnya calon jemaah umrah yang ingin berangkat ke Arab Saudi. 

“Sebagai rasa tanggung jawab dan keprihatinan kepada umat Islam Indonesia yang hendak menunaikan ibadah ke Tanah Suci, menolak dengan tegas adanya penerapan pelaksanaan rekam biometrik melalui VFS-Tasheel sebagai persyaratan untuk penerbitan visa umrah dan haji yang diberlakukan oleh Kedutaan Besar Saudi Arabia (KBSA),” tutur Joko Asmoro, anggota Dewan Pembina Patuhi (Permusyawaratan antar Syarikat Travel Umrah dan Haji Indonesia) dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Kamis (20/12/2018). 

BERITA TERKAIT :
Jamaah Umroh Nekat Ibadah Haji, Ancaman Deportasi Dan Sanksi 10 Tahun
Untuk Kenyamanan Ibadah, Mina Tour Utamakan Servis Jamaah 

Persyaratan tersebut, kata Joko sangat memberatkan umat Islam yang akan menunaikan ibadah ke tanah suci. “Mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan tersebar di berbagai pulau maka hal itu akan sangat memberatkan bagi para jemaah,” tegas Joko.

Menurut Joko yang juga Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji Umrah Republik Indonesia (Amphuri) ini, Patuhi mengusulkan agar proses rekam biometrik melalui VFS-Tasheel harusnya dapat dilakukan di bandara keberangkatan, tanpa dikaitkan dengan proses penerbitan visa umrah dan haji. “Ini merupakan solusi dari kami dalam mempermudah dan membantu masyarakat yang dirugikan oleh kebijakan tersebut,” papar Joko.

Selain itu, Patuhi meminta kepada seluruh penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) agar tidak melakukan langkah-langkah yang tidak dikoordinasikan dengan asosiasi. Dia menegaskan, penolakan ini sekali lagi dilakukan sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam atas sulitnya umat Islam yang akan menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci dalam melakukan rekam biometrik melalui VFS-Tasheel.

“Mereka yang ada di pedesaan atau daerah terpencil akan terkendala melaksanakan ibadah umrah, karena untuk proses itu memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang tinggi untuk mengurusnya mulai dari perjalanan pulang pergi dan antrean di kantor VFS Tasheel,” tandas Joko.